Sabtu, 14 Maret 2015

08:08

Prilly, seorang gadis cantik berkulit putih dan berparas cantik sedang duduk di teras rumahnya. Ia memandang ke arah taman di hadapannya. Menikmati udara sore yang menyejukkan hatinya. Ia tersenyum simpul membayangkan sesuatu.

"Ly."

"Ada apa?"

"Aku ada sesuatu buat kamu."

"Apa?"

"Tutup mata dulu ya."

"Kenapa harus tutup mata?"

"Ayo lah Ly."

"Iya deh iya, Aliandra Novrian paling bisa deh kalo masalah maksa memaksa. Tutup mata nih."

Prilly menutup matanya sedangkan Ali menuntunnya ke sebuah tempat yang tak ia tau. Mereka telah sampai, di sebuah danau yang sangat indah. Prilly terkagum-kagum melihat pemandangan di hadapannya. Ali menghadapkan tubuh Prilly ke padanya. Ia meraih kedua tangan gadis itu.

"Aprillya Jenita. Di bawah langit sore ini dan berlatarkan danau yang indah ini, aku Aliandra Novrian, memintamu untuk menjadi bagian dariku, dari hidupku. Apakah kamu mau menjadi kekasihku?"

Prilly terkaget akan kelakuan Ali barusan. Apa dia tidak salah dengar? Atau ia hanya sedang bermimpi? Ah lupakan! Apapun itu nyata atau mimpi dia akan lakukan yang gerbaik.

"Aliandra Novrian. Terimakasih sudah memintaku menjadi kekasihmu, tapi aku tidak bisa." ucapnya sambil menunduk. Ali melepas genggaman tangannya pada tangan gadis itu dan membalikkan badannya. Saat ia akan melangkah ada tangan mungil yang sudah melingkar di tubuhnya. "Aku tidak bisa menolakmu, karena aku juga mencintaimu."

Ali membalikkan badannya dan mengecup dahi Prilly dengan lembut.

Drrtt....drrrrtt.... Getaran pada hanphonenya membuatnya tersadar dari lamunanya.

"Hallo, honey."

"Hai sayang."

"Ada apa?"

"Kamu lagi ngapain?"

"Nih lagi nyantai di teras, kamu sendiri lagi apa?"

"Aku lagi mempersiapkan sesuatu. Jangan bilang kamu lupa soal janji kita nanti malam."

"Iya honey aku inget kok."

"Oh iya satu lagi, kamu langsung ke taman aja ya nanti."

"Loh kenapa kamu nggak jemput aku aja?"

"Aku ada sesuatu buat kamu, ya udah kamu siap-siap gih. Bye sayang love you."

"Love you too honey."

Prilly kembali ke kamarnya, ia sibuk mencari baju yang akan ia pakai. Astaga! Baju yang ada di lemarinya sudah dia keluarkan, tapi kenapa ia merasa tidak ada yang cocok. Ia mengacak rambutnya, kenapa tidak dari tadi saja memilih baju. Sekarang ia jadi bingung sendiri. Ah sudahlah, tidak ada waktu lagi, jam 8 nanti ia akan menemui Ali untuk merayakan first aniversarynya.

Prilly meraih dress hitam selutut dengan lengan panjang. Ia memakainya, sangat serasi dengan kulit putihnya. Ia merapikan rambutnya, memoleskan sedikit make up. Perfect! Ia memakai hills berhak 6 senti dan meraih tas yang menggantung di belakang pintu kamarnya. Siap!

Prilly berpamitan kepada orang tuanya dan melangkah keluar rumah. Ia menumpangi taksi blue bird sampai di taman. Ia berjalan menuju bangku putih di tengah taman. Ia duduk disana dan melihat ke arah jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya. Baru jam 19.30. Sepertinya ia terlalu bersemangat. Drrrt....drrrtt.... Ponselnya kembali bergetar, ia langsung mengambil benda persegi panjang itu dari tasnya.

"Hallo honey!"

"Hai sayang. Sayang kamu udah siap? Udah cantik belum?"

"Honey aku udah ada di taman nih saking semangatnya."

"Oh okey, aku on the way. Bye sayang love you."

"Love you too."

Prilly tersenyum kecil setelah mengangkat telfon dari Ali. Rasanya sudah tidak sabar apa yang akan dilakukan Ali pada first aniversary mereka. Jantung Prilly berdebar lebih cepat, rasanya ingin sekali berteriak sekarang. Dia terlalu gembira, meski Ali belum datang. Drrt...drrrt... Ponselnya bergetar, lagi. Dan ia mengangkatnya, lagi.

"Hallo sayang!"

"Iya honey."

"Sayang aku kejebak macet nih, kayaknya aku telat sampai sana deh."

"Yah, kok telat sih." ungkap Prilly dengan nada kecewa. "Tapi nggak papa deh aku nunggu kamu, kan ini first aniversary kita."

"Ya udah tunggu aku ya. Bye sayang love you."

"Love you too honey."

Tidak papa ia akan menunggu Alinya. Selama ia berpacaran dengan Ali, pasti selalu Ali yang menunggunya. Menunggu untuk apapun. Ia melihat ke arah langit banyak sekali bintang yang bertabur disana. Ia melihat ke arah bintang yang paling terang diantara bintang yang lain, sedetik kemudian bintang itu jatuh bersamaan dengan ponselnya yang bergetar.

"Hallo sayang!"

"Iya honey ada apa?"

"Sayang aku telat banget nih, kamu boleh pulang dulu biar nanti kita rayain aniversary kita di rumah kamu aja."

"Nggak usah honey, aku tetep nungguin kamu kok."

"Ya udah, kalau gitu maafin aku ya aku telat."

"Iya honey. Hati-hati ya kamu, bye. Love you."

"Love you more."

Rasanya sudah sangat lama Prilly menunggu, tapi Ali belum datang juga. Ia coba menghubungi nomor ponsel Ali, namun tidak aktif. Prilly mulai mondar-mandir tidak karuan di depan bangku yang ia duduki tadi. Apa jangan-jangan? Ah tidak-tidak, sekarang bukan waktunya negative thinking. Prilly duduk dengan gusar, ia tutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Maaf aku telat." suara berat seseorang yang tak lain adalah Ali yang sudah berada disampingnya.

"Honey?" Prilly langsung memeluk laki-laki yang ia cintai itu. "Kamu kemana aja aku khawatir tau nggak?" ucap Prilly setelah melepas pelukannya.

"Maaf aku terlambat hari ini." ucapnya dingin.

"Ada apa dengan dia? Kenapa dia berubah? Tidak seperti biasanya." batin Prilly.

"Aprillya Jenita, kamu kenapa bengong?" Ali melambaikan tangannya di depan wajah Prilly, namun Prilly hanya menggeleng. "Aprillya Jenita? Kenapa dia memanggilku begitu? Bukankah 'sayang' saja sudah cukup?" batinnya lagi.

"Aku mau kamu janji sesuatu sama aku."

"Apa?" tanya Prilly penasaran.

"Kamu harus selalu bahagia untuk alasan apapun."

"Baik aku janji." jawab Prilly datar meskipun aebenarnya ada yangmengganjal di benaknya. "Oh iya tadi kamu bilang mau memberikan sesuatu padaku?"

"Astaga maaf aku lupa." Ali merogoh sakunya dan taraaa....... Sebuah kalung dengan liontin di dalamnya ada foto Ali dan Prilly. Prilly diam tak berkutik ia sangat terpana pada benda di tangan Ali itu. "Hari ini tanggal 8 bulan 8, setahun yang lalu lita telah mengikat janji sebagai sepasang kekasih, dan aku memberikan kalung ini teapt pada jam 8 lebih 8 semoga hubungan kita seperti angka 8 yang tak pernah putus. Boleh aku pakein kalungnya?" Prilly mengangguk. Ali memakaikan kalung itu di leher jenjang Prilly.

"Makasih honey udah mencintaiku dengan sabar, semoga kita langgeng seperti angka 8, happy aniversary." komentarnya.

"Kamu terlihat lebih cantik sayang, tapi...."

"Tapi apa?"

"Akan lebih cantik jika kamu tidak menangis."

"Hei aku nggak nangis kok honey, aku cuman terharu aja." Prilly menangkupkan kedua tangannya di pipi Ali. "Tunggu, wajah kamu kok pucet banget gitu? Pipi kamu juga dingin banget. Kamu sakit?"

"Aku nggak papa kok sayang."

"Yakin kamu nggak papa?"

"Aku nggak akan kenapa-kenapa selama kamu nggak nangis."

"Honey..." Prilly memeluk Ali erat. Ada sesuatu yang beda yang ia rasakan. Entah ini hanya perasaanya saja atau bagaimana. Ia tidak bisa menjelaskan perasaan ini. Pelukannya dengan Ali terasa sangat aneh, sangat asing. Drrt....drrrrt.... Ponsel Prilly tiba-tiba berdering. "Sebentar ya honey." Prilly berdiri dan mengangkat telfon.

"Hallo!"

"Ha..ha..loo..." ucap seseorang di seberang telfon dengan sesenggukan.

"Kak Mila? Kak Mila kenapa?" tanya Prilly kepada Mila, yang taknlain adalah kakak Ali.

"Ali Prill, Ali....."

"Ali kenapa kak?"

"Ali.... Ali meninggal."

"A...apa..? Nggak... Nggak ini nggak mungkin Ali lagi sama aku kak nggak mungkin Ali meninggal."

"Honey...honey....kamu disini kan honey..." Prilly mengelilingi taman, namun ia tak menemukan Ali. Dengan kalap ia berlari ke rumah sakit yang di beritahukan oleh Mila. "Saat menuju taman tempat kalian janjian, Ali mengalami kecelakaan dan dia segera dibawa ke rumah sakit terdekat, namun sayang itu terlambat. Ali meninggal tepat pukul 08:08."

Prilly berlari sambil menggenggam liontin yang tadi diberikan Ali. "Ini nggak mungkin, semuanya pasti salah. Ali nggak mungkin meninggal." batinnya meronta. Prilly melewati lorong-lorong rumah sakit seperti kesetanan. Ia bahkan tak merasakan jika nafasnya mulai habis. Mila yang melihat keadaan Prilly sangat kacau segera memeluknya erat. Seluruh tubuh Prilly terasa lemas. Seorang dokter keluar dari balik pintu yang ada di hadapan mereka saat ini.

"Nona Prilly." panggil dokter itu.

"Ss...ssa... Ya... Saya Prilly." ucap Prilly gugup.

Tanpa kata dokter itu memberikan sebuah boneka beruang bear berwarna coklat. "Apa ini dok?" tanya Prilly penasaran. "Tuan Ali ingin memberikan boneka ini pada nona Prilly."

"Ss... Sekarang Ali dimana dok?"

"Maaf nona.."

Sebelum dokter itu sempat melanjutkan perkataannya Prilly sudah menerobos masuk. Dilihatnya tubuh seseorang terbujur kaku, wajahnya sudah ditutup kain putih. Siapa dia? Prilly mendekat, dengan perlahan tangannya menyibakkan kain yang menutupi wajah itu. "Tidak...ini tidak mungkin." teriak Prilly saat mendapati Ali dengan wajah pucatnya. "Ali bangun Li bangun. Jangan tinggalin aku kaya gini Li, bangun." Prilly mengguncang-guncang tubuh Ali, namun nihil Ali telah pergi untuk selamanya. Mila yang tak tega melihat Prilly akhirnya masuk dan memeluk tubuh mungil gadis itu. "Nggak...nggakk... Ini nggak mungkin.. Nggak mungkin."

Prilly meronta dan melepaskan pelukan Mila. Ia berlari menyusuri lorong-lorong rumah sakit. Ia berhenti di dekat sebuah tiang, ia sandarkan tubuh mungilnya. Perlahan memelorotkan tubuhnya. Ia perhatikan rupa dari boneka beruang yang ada dihadapannya. Tanpa sengaja tangannya menyentuh sesuatu seperti sebuah tombol.

"Hai sayang! Happy first aniversary. Ini kado spesial dari aku, jaga dia baik-baik ya. Belakangan ini aku sering sekali bermimpi aku kehilangan kamu, makanya aku mengirim boneka ini agar selalu bisa menemanimu sayang. Aku tidak tau mimpi itu ada artinya atau sekedar bunga tidur, yang pasti aku hanya ingin bilang sama kamu. Aprillya Jenita, I love you yesterday, I love you today, and I love you forever. Happy first aniversary, I love you." Rekaman itu selesai dan Prilly memeluk memeluk boneka itu erat sambil terus meneteskan air matanya.

---THE END---

Thankiss for reading
See you next story
*Zeetata*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar